Selasa, 26 Juni 2012

UPACARA ADAT SAPARAN BEKAKAK DI YOGYAKARTA

A.Selayang pandang

Bulan sapar bagi masyarakat jawa merupakan bulan yang identik dengan berbagai acara ritual atau upacara adat.Ritual yang dilaksanakan pada bulan sapar itu biasa disebut dengan saparan.Salah satu upacara adat saparan yang cukup terkenal dan sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono 1 adalah Saparan Bekakak yang dilaksanakan di desa Ambarketawang Gamping Sleman.

Ritual yang digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga gamping ini disebut Saparan Bekakak karena dalam pelengkap upacaranya terdapat sepasang pengantin bekakak.Tradisi yang hampir seusia Kraton Ngayogyokarta Hadiningrat ini bermula dari kisah sepasang pengantin yang meninggal di gunung gamping.

Konon,sekitar 250 tahun yang lalu,saat Sultan HB 1 pindah dari pesanggrahan Ambarketawang kekeraton yang baru,ada seorang abdi dalem penangsong(pembawa paying kebesaran) Sultan HB yang tidak ikut pindah dan memilih untuk tetap tinggal di daerah Ambarketawang Gamping.Abdi dalem itu bernama Ki Wirosuto.Bersama sama penduduk setempat ,Ki Wirosuto menggali batu kapur yang digunakan untuk membangun keraton Yogyakarta.Namun usaha penggalian itu kerap menelan korban jiwa,termasuk Ki Wirosuto dan istrinya Nyi Wirosuto.

Melihat banyaknya korban yang berjatuhan,termasuk abdi dalem kesayangannya,Sultan HB 1 pun bertapa di kawasan Gunung Gamping untuk mencari petunjuk supaya masalah itu dapat teratasi.Dalam tapanya,Sultan mendapat wisik dari Setan Bekasakan penunggu Gunung Gamping.Berhubung warga selalu menggali kapur ditempat itu,sebagai gantinya setan setan penunggu meminta sepasang pengantin untuk dikorbankan di tempat itu.Jika hal itu tidak dilaksanakan maka penggali penggali itu yang akan jadi tumbalnya.

Sultan pun mengiyakan permintaan para penunggu Gunung Gamping.Namun,Beliau melakukannya dengan sebuah tipu muslihat.Pengantin yang dikorbankan bukanlah pengantin sungguhan,namun boneka berpentung pasangan pengantin bekakak yang terbuat dari tepung ketan dan sirup gula merah.Pasangan pengantin bekakak tersebut kemudian dikorbankan di Gunung Gamping.Ternyata tipuan itu berhasil.Sejak saat itu tradisi pengorbanan pengantn bekakak menjadi ritual yang rutin dilaksanakan tiap tahun di desa Ambarketawang.

Meskipun saat ini para penduduk Gamping tidak lagi berprofesi sebagai penggali batu kapur,ritual ini masih tetap dilaksanakan.sebagian besar warga juga masih meyakini bahwa penyembelihan sepasang pengantin bekakak akan membuat mereka terhindar dari gangguan setan bekasakan.Ritual ini selalu digelar hari Jumat ,antara tanggal 10 hingga 20 dalam bulan sapar.Saat ini upacara adat saparan Bekakak menjadi salah satu potensi unggulan kabupaten Sleman yang gaungnya sudah menasional.Tiap kali upacara digelar,ribuan warga akan tumpah ruah di jalan untuk menyaksikannya.

B.Keistimewaan

Pelaksanaaan upacara adat saparan Bekakak ini terbagi menjadi beberapa tahap,yakni tahap midodareni pengantin bekakak,kirab bekakak,penyembelihan pengantin bekakak,dan sugengan ageng.Pengantin bekakak sendiri dibuat dua hari sebelum acaranya kirab.Wanita yang menyiapkan bahan bahan mentahnya dan pria yang mengerjakan pembuatan boneka bekakaknya.Proses pembuatan boneka bekakak ini akan diiringi gejog lesung atau kothekan yang mendendangkan berbagai tembang tembang untuk pernikahan seperti kebo giro.Ada dua pasang pengantin yang dibuat,yang sepasang dihias bergaya solo dan pasangan lainnya dihias bergaya yogyakarta.

Setelah semua perlengkapan upacara yang meliputi pengantin bekakak,kembang mayang,gendruwo.serta joli berisi sesaji sudah lengkap,upacara bisa dilaksanakan.Prosesi upacara diawali dengan pengambilan air suci tirto donojati.Air suci beserta semua atribut upacara dibawa mengitari pelosok desa menuju balai pertemuan.Di bale desa ini kemudian  dilaksanakan midodareni pengantin bekakak.semalam suntuk,warga desa akan tirakatan serta menggelar pertunjukan wayang orang atau ketoprak.

Keesok harinya pengantin bekakak akan diarak menuju Gunung Gamping dan Gunung Kliling.Sebelum acara prosesi arak arakan dimulai akan digelar fragmen "Prasetyaning Sang Abdi" yang menceritakan kisah Ki Wirosuto.Setelah pementasan itu berakhir,pada pukul 14.00 WIB arak arakan akan dimulai.Selain pengantin bekakak dan tiga buah joli yg berisi sesajen,kirab ini juga diikuti oleh petinggi desa,bregodo(prajurit),komunitas seni(jathilan),dan gendruwo.

Pengantin bekakak tersebut kemudian dibawa ke altar penyembelihan yang terltak di Gunung Gamping dan Gunung Kliling.Dihadapan ribuan warga yang menyaksikan ,kedua pasang pengantin tersebut aka disembelih oleh salah satu utusan dari Keraton  Yogyakarta.Prosesi ini kemudian ditutup dengan penyebaran gunungan dan potongan tubuh bekakak kepada seluruh warga yang hadir.Warga yang masih mempercayai tradisi "ngalap berkah" dari potongan bekakak atau isi gunungan akan saling berebut guna mendapatkannya.

Satu hal yang unik yang dijumpai dalam saparan bekakak adalah munculnya sekelompok anak yang berperan sebagai anak gendruwo.Anak anak gendruwo yang berjumlah sekitar 50-an ini didampingi sepasang gendruwo dan banaspati yang bertugas mengawal pengantin bekakak.Anakan gendruwo menggambarkan lelembut dan setan bekasakan yang sedang bersukaria bahagia karena akan mendapatkan  kurban berupa sepasang pengantin bekakak.Peran sebagai anak gendruwo ini sifatnya turun temurun.Kalau dulu orangtua mereka pernah berperan sebagai anakan gendruwo,maka anaknyapun akan saling berebut guna mendapatkannya.

C.Lokasi

Upacara adat saparan bekakak biasa dilaksanakan di Desa Ambarketawang,Kecamatan Gamping,Kabupaten Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta,Indonesia.Sedangkan prosesi penyembelihan pengantin bekakak akan dilaksanakan di Gunung Gamping,kurang lebih 2 kilometer dari lapangan Desa Amnbarketawang.

D.Akses

Jika anda membawa kendaraan pribadi,Anda tak akan kesulitan untuk mencari lokasi dilaksanakannya Upacara Adat Saparan Bekakak.Cukup bertanya kepada orang di jalan letak Desa Ambarketawang,Gamping,atau Ringroad Gamping,maka orang orang akan menjelaskannya kepada Anda.Tapi hal ini kan berbeda bagi Anda yang tidak membawa kendaraan pribadi.

Berhubung trayek trans jogja tidak sampai Gamping,satu satunya transportasi publik yang dapat Anda gunakan adalah bus kota.Dari terminal giwangan Anda dapat naek bus kota jalur 15 atau jalur 9,dan turun di ringroad gamping.Anda tidak usah berjalan terlalu jauh,cukup berdiri di pinggir jalan,karena kirab bekakak akan melewati ringroad Gamping.Begitu pula bagi Anda yang berangkat dari Kulonprogo,Anda dapat menggunakan bus umum jurusan jogja-wates dan turun terminal gamping.

E.Harga Tiket

Untuk mengikuti ritual saparan bekakak atau hanya sekedar melihat kirab,wisatawan tidak dipungut biaya sepeserpun.biasanya acaya ini dimulai pada pukul 14.00 WIB di lapangan atau balai Desa Ambarketawang kemudian dilanjutkan dengan kirab budaya menuju Gunung Gamping.Penonton biasanya tidak hanya terpusat di balai desa dan gunung gamping,melainkan di sepanjang jalan tempat dilaluinya arak arakan bekakak.

F.Fasilitas dan Akomodasi Lain

Keseluruhan rangkaian Upacara Adat Saparan Bekakak dilakukan di Desa Ambarketawang,Gamping,Sleman,yang notabene terletak dekat dengan pusat kota Yogyakarta.Jadi,wisatawan yang datang dari jauh tidak perlu cemas memikirkan transportasi dan akomodasi karena semua hal itu dapat diperoleh dengan mudah disekitar tempat ini.Selepas menyaksikan saparan bekakak,Anda dapat melanjutkan perjalanan ke kabupaten Sleman,kota Yogyakarta,atau Wates.Daerah daerah tersebut memiliki keunikan dan keunggulan masing masing serta obyek wisata yang menarik yang dapat anda kunjungi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar